b:include data='blog' name='all-head-content'/> Bonsai Bandung | Indo Bonsai | Pen-Jing | Lukman Rancaekek Bonsai | Artikel Gratis!

Pages

Apa itu Bonsai ?

Bonsai adalah seni dari miniaturisasi, ini merupakan suatu nama yang diberikan kepada tanaman yang tumbuh dan dirawat dg ukuran yang lebih kecil dibanding pertumbuhan alami nya. Jepang sudah merancang teknik dari Bonsai demikian rupa sehingga mereka kini mampu menciptakan pemandangan keseluruhan dalam ukuran kecil dengan detil yang hampir tidak masuk akal. Bonsai mempunyai kesan bahwa ketika memandanginya akan menyerupai suatu pohon yang sangat besar tumbuh secara alami di tempat yang liar, dengan batang yang kokoh, cabang dan daun-daun yang kecil. Untuk memberi isyarat kepada seseoran suatu bonsai bisa merupakan suatu pohon yang mewakili suatu bentuk atau lambang pohon yang alami. (hans)


Beberapa Peralatan Bonsai :

Monday, October 20, 2008

Tips Tanaman Bonsai dari bonsaistar gallery

Halo para penggemar bonsai di mana saja anda berada. Semoga anda semua dalam keadaan sehat sentosa. Nama saya Suhendra, pemilik dari Bonsai Star Gallery: http://www.bonsaistar.com. Saya bergabung dengan para blogger bertujuan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai tanaman bonsai. Pengalaman pribadi saya akan saya bagi menjadi per jenis tanaman bonsai, karena tiap tanaman memiliki sifat dan karakter tersendiri. Pertama disini saya hendak menceritakan pengalaman saya mengenai jenis Loa ( ficus glomerata ). Loa yang dibahas pertama adalah Loa varigata, dengan ciri-ciri daunnya belang kuning muda dan hijau (foto segera menyusul), yang kelainan dari Loa biasa yg warna daunnya hanya hijau.

Bahan bonsai Loa Varigata ini saya beli di daerah utara Bandung pada awal tahun 2004. Saya mengemudikan mobil sambil membawa karyawan saya untuk menunjukkan jalan. Setelah sampai dirumah penjual bonsai, saya lihat disana ada puluhan bonsai small dan mame. Diantaranya ada beberapa pohon telah menjadi bonsai yang bagus, sementara beberapa pohon lainnya masih bahan dan setengah jadi. Kemudian kami diajak pergi melihat ke kebunnya yang terdapat bahan-bahan bonsai yang ditanam ditanah dan dalam polybag. Ada yang berasal dari biji, setekan, cangkokan dan hasil buruan dari alam.

Dikebunnya saya lihat ada satu pohon Kaliandar Varigata yang berbunga merah tua bergerombol seperti bunga bungur, dan saya berminat untuk membelinya. Tetapi sayang bapak tersebut tidak menjualnya dengan alasan karena sedang musim kemarau, sehingga akan mati apabila digali dari tanah. Saya merasa heran karena pohon ini sudah mencapai tinggi 2 meter dan sudah banyak anaknya. Mengapa bapak ini tidak memisahkan anaknya dan menanamnya dalam pot atau polybag untuk dijual. Menurut saya pohon ini betul-betul bagus, karena memiliki daun belang kuning dan hijau yang sangat kontras ditambah dengan bunga merah tua yang menyolok, saya belum pernah menemukannya dipasaran tanaman hias. Sungguh menarik perhatian dan saya kira pasti banyak orang yang mau membelinya.

Ketika sedang berbincang-bincang, bapak ini mengatakan memiliki Loa varigata, tetapi pertumbuhannya tidak bisa subur. Mendengar hal tersebut justru menarik penasaran saya untuk mau tahu pohon Loa varigata ini. Memang saya senang sekali mengumpulkan pohon langka, lebih-lebih jenis langka yang bisa dibikin bonsai. Saya melihat kearah yg dia tunjukan pohon Loa tersebut, ditanam dalam polybag dan medianya hanya sekam padi saja, ditaruhnya ditengah-tengah pohon-pohon yang lebih tinggi dari loa ini, sehingga kemungkinan penyiramannya jadi tidak tuntas karena terhalang pohon-pohon tinggi ini. Sinar matahari pun hanya kena tidak lebih dari 1 jam, dan yang varigatanya hanya dibagian puncak pohon cuma 3 ranting saja. Sedangkan dibagian bawah pohon banyak ranting hijau yang tidak dibuang, sehingga yang varigatanya kalah oleh yang aslinya, Jadi saya kira penyebabnya tidak bisa subur adalah karena faktor di atas.

Setelah saya beli dan dibawa pulang ke rumah, saya langsung melakukan re-potting dengan memakai media sebagai berikut: 1 bg tanah yang gembur + 2 bg humus + 1 bg pasir Malang. Sebelum media campur ini dimasukkan ke dalam pot, dasar pot ditaruh potongan ram nyamuk untuk menutup lubang didasar pot. Diatas ram diberi pasir kasar ukuran -+ 2-3mm menutupi ram nyamuk, diatas pasir kasar diberi selapis pasir ukuran -+ 1mm, diatasnya lagi diberi selapis gemuk kambing yang sudah matang campuran dgn sekam padi dgn perbandingan 1:1. Terakhir setelah membuang dari pangkal batangnya semua ranting-ranting yang daunnya hijau, dan seluruh daun termasuk daun yang varigatanya, baru dicabut Loa ini dari polybag dan dikorek gumpalan tanahnya. Kemudian menggunting dan membuang akar tunjang dan akar yg sudah kebesaran, baru ditanamlah loa varigata ini dengan media campuran diatas kedalam pot yg sudah disediakan itu. Setelah beres ditanam dan disiram, taruhlah di tempat teduh. Kemudian sampai sudah keluar tunas baru, ditempatkan pada tempat yang kena sinar matahari pagi kurang lebih 2 jam saja. Setelah keluar banyak daun varigatanya, baru full dijemur, dan begitu keluar tunas daun hijau langsung dibuang.

Hasilnya setelah 6 bulan, pohon ini menjadi subur dan saya pun mulai membentuknya dgn gaya slenting. Sampai kini setelah kurang lebih 2 tahun dengan perawatan dan perhatian, 80% jadilah bonsai yang memenuhi syarat. Saya akan merawatnya sampai sempurna, dengan tujuan natinya untuk ditandingkan dipameran bonsai.

Namun pada suatu hari ada penggemar bonsai dari luar kota Bandung datang ke tempat kami untuk melihat bonsai. Dan bapak ini menjadi demikian terpesona ketika melihat bonsai Loa varigata ini, sehingga bersikeras ingin membelinya. Karena saya pun pernah mengalami kondisi seperti bapak penggemar bonsai ini, maka saya pun memahami perasaan bagaimana jika ingin memiliki barang yang kita hobi, apalagi barang itu bagus dan langka. Dengan memaksa menyodorkan uang yg menurut saya cukup wah, dan juga karena saya sudah punya anaknya yang didapat dari cangkokan dimana nantinya saya pun masih bisa membuat bonsai jenis ini lagi, akhirnya saya melepaskan juga bonsai ini (saya pun merasa bangga bonsai karya saya sendiri ada orang yg menyenanginya).

Demikianlah pengalaman saya, cara meripotting dan menanam bakalan maupun bonsai jadi, yang ternyata menjadi subur dengan media yang saya buat khusus untuk pohon Loa yg senang air ini. Semoga pengalaman saya ini bisa berguna bagi teman-teman pehobi bonsai. Terima kasih atas perhatian anda dan sampai jumpa pada blog berikutnya, dimana saya akan menceritakan pengalaman saya mengenai cara menanam dan merawat pohon Black Pine (umumnya jenis pine).

Lihat tanaman yang dimaksud di http://www.bonsaistar.com/Gallery-6.htm

Continue Reading...

Pameran Bonsai

Beberapa photo pada saat pameran bonsai nasional yang diselenggarakan oleh PPBI Cabang Bandung tahun 2005.


Jenis Beringin Taiwan/Kimeng (Ficus microcarpa)



Jenis Beringin Taiwan/Kimeng (Ficus microcarpa)
Continue Reading...

Karya yang Tak Pernah Selesai

Pohon asam yang biasa tumbuh liar di pinggir jalan ternyata bisa menjadi tanaman yang indah di dalam pot. Di tangan para ahlinya, pohon besar ini bisa dibuat miniaturnya dengan pengerjaan selama bertahun-tahun. Bagi penggemarnya, bonsai merupakan karya seni yang tidak pernah selesai untuk dikerjakan.

"Ibarat tukang cukur, kita harus selalu memangkas jika ada dahan atau ranting yang tidak diinginkan tumbuh. Bahkan suatu saat kita juga bisa membentuk dahan baru dengan bentuk yang kita inginkan," ujar Saptodarsono (65). Mantan anggota TNI AD ini sudah lama menjadi penggemar bonsai dan memiliki ratusan koleksi.

Berkembang di Indonesia sejak tahun 1970-an, bonsai kini memiliki perkumpulan yang sangat luas. Bahkan, perkumpulan ini memiliki lebih dari 50 cabang di seluruh Tanah Air dengan anggota sekitar 10.000 orang. "Kalau ada pemilu nanti, kita akan maju dengan partai bonsai," seloroh Saptodarsono yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI).

Sapto memang hanya berseloroh. Pasalnya, para penggemar bonsai merasa lebih tertarik pada tanaman daripada dunia politik. "Mengurus tanaman itu bisa menghilangkan stres dan sikap egois," kata Jongky B Sulistio (59).

Jongky yang kini memiliki usaha jual beli bonsai di Pluit, Jakarta Barat, ini sudah menggeluti bonsai sejak 16 tahun lalu. Hasil karya seni bapak dua anak dan kakek satu cucu ini sekarang lebih banyak dipajang di pinggir jalan Pluit. "Di rumah sudah tidak ada tempat lagi. Bonsai saya harus berdesak-desakan dengan tanaman bunga dan tanaman buah milik istri," tutur Jongky yang mulai bergabung dengan PPBI tahun 1992.

Rumah Budi Sulistyo (54) juga penuh dengan bonsai. Di halaman belakang dan lantai dua rumah pengusaha bidang properti ini penuh dengan bonsai. Agar bisa menampung semua koleksi bonsainya, Budi sampai harus membuat atap dari beton cor di atas tempat parkir mobilnya. Atap beton itu digunakan sebagai tumpuan untuk menyimpan koleksi bonsainya. "Saya melarang anak-anak main ke lantai dua. Takut bonsai saya rusak," tutur Budi.

Bertahun-tahun

Merawat atau membuat bonsai membutuhkan kesabaran tinggi dan ketekunan. Bagaimana tidak, dari mulai menanam hingga menjadi pohon bonsai sempurna membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Untuk merawat bonsai kecil, berukuran sekitar 15-30 sentimeter, misalnya, bisa membutuhkan waktu hingga lima tahun. Sedangkan bonsai dengan ukuran satu meter, masa perawatannya bisa mencapai delapan atau sepuluh tahun. "Selama itu pula kita harus rajin menyirami dan memangkas tumbuhnya ranting-ranting yang tidak diinginkan," tutur Budi.

Sejak kecil Budi memang sudah menyukai tanaman. Dia belajar membuat bonsai pertama kali ketika masih kuliah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 31 tahun lalu. Keinginannya untuk bisa membuat bonsai sendiri membuat Budi tidak malu belajar pada nenek-nenek berumur 70 tahun. Budi kini sudah mengikuti berbagai kontes bonsai tingkat internasional dan beberapa kali tercatat sebagai pemenang.

Kontes bonsai internasional juga pernah mencatat nama Sue Aziz (70). Sue pertama kali menang pada kontes bonsai tingkat dunia di Kyoto, Jepang, pada tahun 1999. Dari 500 pohon bonsai dari seluruh dunia yang ikut dalam kontes, bonsai pohon soka milik Sue berhasil menyabet juara kedua. "Waktu menang saya malah bengong. Semua orang datang minta tanda tangan. Mereka antre sampai jongkok-jongkok segala," kenang Sue.

"Perkenalan" Sue dengan dunia bonsai berawal dari ketidaksengajaan. Di samping rumahnya, Sue menemukan pohon beringin yang tumbuh di pagar tembok. Pohon beringin itu kelihatan sudah tua, tetapi bentuknya kecil. "Saya berpikir apa ini yang namanya bonsai," kata Sue. Dia lalu memindahkan beringin kecil itu ke dalam pot. Untuk belajar bonsai, Sue rela "mengejar" seorang master bonsai di Santa Monica, Amerika Serikat.

Berburu bahan

Selain membentuk tanaman, hal paling seru dari mengoleksi bonsai adalah berburu bahan. Bahan yang dicari adalah pohon berkayu yang nantinya bisa dibentuk sebagai bonsai. Pertama kali berkecimpung di dunia bonsai, para penggemar bonsai berburu bahan sendiri. Mereka pergi ke pelosok daerah untuk mencari pohon berkayu yang bisa dijadikan bahan bonsai.

Gatot Suroso (54) pernah mengalami suka duka berburu bonsai. Demi mendapatkan bahan bonsai yang bagus, Gatot rela keluar masuk hutan dan mendaki gunung. Setiap kali berburu bahan, Gatot selalu membawa ransel, pahat, dan gergaji. "Kalau ke luar kota, saya selalu berangkat Jumat malam dan pulang Minggu sore," kata Gatot.

Pulang dari berburu bahan, Gatot tidak langsung istirahat. Pria yang bekerja di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tangerang ini langsung menyediakan media untuk menanam bahan bonsai yang didapatnya. "Saya pernah didamprat istri gara-gara terlalu asyik dengan bonsai," tutur Gatot yang kini memiliki puluhan koleksi bonsai dari berbagai jenis pohon.

Bagi yang sudah sukses menekuni bonsai, berburu bahan sendiri sudah jarang dilakukan. Untuk berburu bahan, biasanya mereka memakai jasa orang lain yang biasa disebut petani. Para petani ini masing-masing memiliki jaringan dengan para kolektor bonsai.

Wijaya (42), kolektor bonsai yang dulu pernah berburu bahan bonsai sampai ke Timor Timur ini, sudah menggunakan jasa petani sejak 13 tahun lalu. Untuk berburu bahan, petani ini diberi modal awal Rp 10 juta. Kalau bahan bonsainya bagus, petani bisa mengantongi untung lebih dari Rp 10 juta.

"Mereka sudah tahu mana bahan bonsai yang bagus dan mana yang tidak," kata Wijaya yang bekerja sebagai wiraswasta besi dan bonsai. Wijaya memiliki koleksi bahan dan bonsai yang sudah jadi hingga 500 pohon. Koleksi itu dijual dan sebagian lagi disimpan sendiri.

Menggemari bonsai tidak selalu harus mengerti bagaimana cara membuat dan merawat bonsai. Saptodarsono, misalnya, memiliki banyak koleksi bonsai, tetapi jarang sekali membuat atau merawat bonsainya sendiri.

Untuk perawatan bonsai, Sapto memanggil tenaga perawat bonsai (trainer) setiap dua minggu sekali atau satu bulan sekali. Biaya untuk trainer ini berbeda-beda, tergantung kemampuan orangnya. Untuk trainer yang sudah ahli, biayanya bisa mencapai Rp 400.000 per hari. (Lusiana Indriasari)

Sumber: Kompas

Continue Reading...

bonsai - Google News

Oh!Belog

 

Site Info

Blog ini kupersembahkan untuk sahabatku yang selalu memberikan motivasi dan support kepada saya dan para pencinta Bonsai dimanapun anda berada. Semoga selalu sukses dengan ilmu dan akal yang cerdas yang telah diberikan oleh Allah swt serta dapat mensyukurinya atas apa yang sudah didapatkannya. Do'aku menyertai selalu agar sukses karena yakin dengan keshalehan, keikhlasan dan kesungguhan cita citamu akan tercapai. Amien

Indobonsai, Bonsai Bandung Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template