b:include data='blog' name='all-head-content'/> Bonsai Bandung | Indo Bonsai | Pen-Jing | Lukman Rancaekek Bonsai | Artikel Gratis!

Pages

Apa itu Bonsai ?

Bonsai adalah seni dari miniaturisasi, ini merupakan suatu nama yang diberikan kepada tanaman yang tumbuh dan dirawat dg ukuran yang lebih kecil dibanding pertumbuhan alami nya. Jepang sudah merancang teknik dari Bonsai demikian rupa sehingga mereka kini mampu menciptakan pemandangan keseluruhan dalam ukuran kecil dengan detil yang hampir tidak masuk akal. Bonsai mempunyai kesan bahwa ketika memandanginya akan menyerupai suatu pohon yang sangat besar tumbuh secara alami di tempat yang liar, dengan batang yang kokoh, cabang dan daun-daun yang kecil. Untuk memberi isyarat kepada seseoran suatu bonsai bisa merupakan suatu pohon yang mewakili suatu bentuk atau lambang pohon yang alami. (hans)


Beberapa Peralatan Bonsai :

Monday, October 20, 2008

Karya yang Tak Pernah Selesai

Pohon asam yang biasa tumbuh liar di pinggir jalan ternyata bisa menjadi tanaman yang indah di dalam pot. Di tangan para ahlinya, pohon besar ini bisa dibuat miniaturnya dengan pengerjaan selama bertahun-tahun. Bagi penggemarnya, bonsai merupakan karya seni yang tidak pernah selesai untuk dikerjakan.

"Ibarat tukang cukur, kita harus selalu memangkas jika ada dahan atau ranting yang tidak diinginkan tumbuh. Bahkan suatu saat kita juga bisa membentuk dahan baru dengan bentuk yang kita inginkan," ujar Saptodarsono (65). Mantan anggota TNI AD ini sudah lama menjadi penggemar bonsai dan memiliki ratusan koleksi.

Berkembang di Indonesia sejak tahun 1970-an, bonsai kini memiliki perkumpulan yang sangat luas. Bahkan, perkumpulan ini memiliki lebih dari 50 cabang di seluruh Tanah Air dengan anggota sekitar 10.000 orang. "Kalau ada pemilu nanti, kita akan maju dengan partai bonsai," seloroh Saptodarsono yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI).

Sapto memang hanya berseloroh. Pasalnya, para penggemar bonsai merasa lebih tertarik pada tanaman daripada dunia politik. "Mengurus tanaman itu bisa menghilangkan stres dan sikap egois," kata Jongky B Sulistio (59).

Jongky yang kini memiliki usaha jual beli bonsai di Pluit, Jakarta Barat, ini sudah menggeluti bonsai sejak 16 tahun lalu. Hasil karya seni bapak dua anak dan kakek satu cucu ini sekarang lebih banyak dipajang di pinggir jalan Pluit. "Di rumah sudah tidak ada tempat lagi. Bonsai saya harus berdesak-desakan dengan tanaman bunga dan tanaman buah milik istri," tutur Jongky yang mulai bergabung dengan PPBI tahun 1992.

Rumah Budi Sulistyo (54) juga penuh dengan bonsai. Di halaman belakang dan lantai dua rumah pengusaha bidang properti ini penuh dengan bonsai. Agar bisa menampung semua koleksi bonsainya, Budi sampai harus membuat atap dari beton cor di atas tempat parkir mobilnya. Atap beton itu digunakan sebagai tumpuan untuk menyimpan koleksi bonsainya. "Saya melarang anak-anak main ke lantai dua. Takut bonsai saya rusak," tutur Budi.

Bertahun-tahun

Merawat atau membuat bonsai membutuhkan kesabaran tinggi dan ketekunan. Bagaimana tidak, dari mulai menanam hingga menjadi pohon bonsai sempurna membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Untuk merawat bonsai kecil, berukuran sekitar 15-30 sentimeter, misalnya, bisa membutuhkan waktu hingga lima tahun. Sedangkan bonsai dengan ukuran satu meter, masa perawatannya bisa mencapai delapan atau sepuluh tahun. "Selama itu pula kita harus rajin menyirami dan memangkas tumbuhnya ranting-ranting yang tidak diinginkan," tutur Budi.

Sejak kecil Budi memang sudah menyukai tanaman. Dia belajar membuat bonsai pertama kali ketika masih kuliah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 31 tahun lalu. Keinginannya untuk bisa membuat bonsai sendiri membuat Budi tidak malu belajar pada nenek-nenek berumur 70 tahun. Budi kini sudah mengikuti berbagai kontes bonsai tingkat internasional dan beberapa kali tercatat sebagai pemenang.

Kontes bonsai internasional juga pernah mencatat nama Sue Aziz (70). Sue pertama kali menang pada kontes bonsai tingkat dunia di Kyoto, Jepang, pada tahun 1999. Dari 500 pohon bonsai dari seluruh dunia yang ikut dalam kontes, bonsai pohon soka milik Sue berhasil menyabet juara kedua. "Waktu menang saya malah bengong. Semua orang datang minta tanda tangan. Mereka antre sampai jongkok-jongkok segala," kenang Sue.

"Perkenalan" Sue dengan dunia bonsai berawal dari ketidaksengajaan. Di samping rumahnya, Sue menemukan pohon beringin yang tumbuh di pagar tembok. Pohon beringin itu kelihatan sudah tua, tetapi bentuknya kecil. "Saya berpikir apa ini yang namanya bonsai," kata Sue. Dia lalu memindahkan beringin kecil itu ke dalam pot. Untuk belajar bonsai, Sue rela "mengejar" seorang master bonsai di Santa Monica, Amerika Serikat.

Berburu bahan

Selain membentuk tanaman, hal paling seru dari mengoleksi bonsai adalah berburu bahan. Bahan yang dicari adalah pohon berkayu yang nantinya bisa dibentuk sebagai bonsai. Pertama kali berkecimpung di dunia bonsai, para penggemar bonsai berburu bahan sendiri. Mereka pergi ke pelosok daerah untuk mencari pohon berkayu yang bisa dijadikan bahan bonsai.

Gatot Suroso (54) pernah mengalami suka duka berburu bonsai. Demi mendapatkan bahan bonsai yang bagus, Gatot rela keluar masuk hutan dan mendaki gunung. Setiap kali berburu bahan, Gatot selalu membawa ransel, pahat, dan gergaji. "Kalau ke luar kota, saya selalu berangkat Jumat malam dan pulang Minggu sore," kata Gatot.

Pulang dari berburu bahan, Gatot tidak langsung istirahat. Pria yang bekerja di Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tangerang ini langsung menyediakan media untuk menanam bahan bonsai yang didapatnya. "Saya pernah didamprat istri gara-gara terlalu asyik dengan bonsai," tutur Gatot yang kini memiliki puluhan koleksi bonsai dari berbagai jenis pohon.

Bagi yang sudah sukses menekuni bonsai, berburu bahan sendiri sudah jarang dilakukan. Untuk berburu bahan, biasanya mereka memakai jasa orang lain yang biasa disebut petani. Para petani ini masing-masing memiliki jaringan dengan para kolektor bonsai.

Wijaya (42), kolektor bonsai yang dulu pernah berburu bahan bonsai sampai ke Timor Timur ini, sudah menggunakan jasa petani sejak 13 tahun lalu. Untuk berburu bahan, petani ini diberi modal awal Rp 10 juta. Kalau bahan bonsainya bagus, petani bisa mengantongi untung lebih dari Rp 10 juta.

"Mereka sudah tahu mana bahan bonsai yang bagus dan mana yang tidak," kata Wijaya yang bekerja sebagai wiraswasta besi dan bonsai. Wijaya memiliki koleksi bahan dan bonsai yang sudah jadi hingga 500 pohon. Koleksi itu dijual dan sebagian lagi disimpan sendiri.

Menggemari bonsai tidak selalu harus mengerti bagaimana cara membuat dan merawat bonsai. Saptodarsono, misalnya, memiliki banyak koleksi bonsai, tetapi jarang sekali membuat atau merawat bonsainya sendiri.

Untuk perawatan bonsai, Sapto memanggil tenaga perawat bonsai (trainer) setiap dua minggu sekali atau satu bulan sekali. Biaya untuk trainer ini berbeda-beda, tergantung kemampuan orangnya. Untuk trainer yang sudah ahli, biayanya bisa mencapai Rp 400.000 per hari. (Lusiana Indriasari)

Sumber: Kompas

0 comments:

bonsai - Google News

Oh!Belog

 

Site Info

Blog ini kupersembahkan untuk sahabatku yang selalu memberikan motivasi dan support kepada saya dan para pencinta Bonsai dimanapun anda berada. Semoga selalu sukses dengan ilmu dan akal yang cerdas yang telah diberikan oleh Allah swt serta dapat mensyukurinya atas apa yang sudah didapatkannya. Do'aku menyertai selalu agar sukses karena yakin dengan keshalehan, keikhlasan dan kesungguhan cita citamu akan tercapai. Amien

Indobonsai, Bonsai Bandung Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template